Budaya

Jelang Nyepi, BKRAF Denpasar Adakan Pameran Ogoh-ogoh

DENPASAR – Menjelang Hari Suci Nyepi 1943 Saka/2021, Badan Kreatif (BKRAF) Denpasar yang bekerjasama dengan beberapa sekaa teruna di Denpasar dan  Komunitas Abinaya ITB STIKOM Bali menggelar pameran ogoh-ogoh. Pameran yang dibuka Minggu (8/3) dan akan berlangsung hingga 30 Maret 2021 menampilkan ratusan karya hasil lomba yang sebelumnya digelar.

Ratusan karya yang dipamerkan terdiri dari tiga kategori terkait seni pembuatan ogoh-ogoh. Kategori yang dimaksud adalah ogoh-ogoh mini sebanyak 50 buah, tapel ogoh-ogoh sebanyak 20 buah, dan sketsa ogoh-ogoh sebanyak 70 lembar.

Ketua Pelaksana Harian Bkraf Denpasar I Putu Yuliartha menerangkan, pameran tersebut dihadirkan untuk mengajak generasi muda untuk kembali menengok dan  akrab dengan tradisi sebagai pijakan berkesenian mereka, seberapa pun jauhnya mereka mendalami seni kontemporer di era modern ini.

Baca Juga:  Jaga Taksu Bali: Yayasan Dalem Gedong Ratih Terus Melaksanakan Pengabdian Masyarakat

“Kita tahu, seni kontemporer adalah ujung terkini dari seni tradisi. Ibarat bentangan benang, seni kontemporer merupakan ujung dari bentangan benang merah perjalanan tradisi selama berabad-abad,” katanya.

Jika ada seniman atau pekerja kreatif yang mengklaim seni kontemporer sebagai karyanya yang lahir tanpa mempelajari sama sekali seni tradisi, hal itu boleh dinyatakan sebagai karya kesenian yang ahistoris dengan pondasi yang rapuh. “Seberapa pun megahnya, karya seni tersebut, ia akan mudah rubuh. Ia tak ubahnya istana megah yang dibangun di atas pasir. Ia akan segera runtuh begitu angin tren baru berembus kencang,” ucapnya.

Baca Juga:  Monolog “Drupadi” Dan Kegelisahan Pandemi  

Berpijak pada kondisi itu, ia menilai bahwa sejauh apa pun seorang seniman mengarungi modernisasi, seni tradisi hendaknya selalu dikenali dan dipahami. Pengenalan dan pemahaman ini penting untuk mengembangkan kreativitas di masa depan, dengan pondasi kokoh dan teruji oleh zaman.

Terkait dengan pameran ogoh-ogoh yang digelar, ia memandang bahwa akar kesenian yang sangat digandrungi pemuda Bali ini adalah seni rupa, khususnya seni ukir topeng dan kriya.

“Pameran ini merupakan upaya Pemerintah Kota Denpasar untuk mengenalkan tradisi pembuatan ogoh-ogoh yang akarnya berasal dari seni ukir topenh dan kriya,” tegas Yuliartha.

Pihaknya pun berharap semoga upaya ini dapat menjembatani generasi muda untuk mulai mengenali dan mendalami tradisi leluhurnya. (rilis)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button