Singaraja – Di sore yang mendung, jalan kecil di pinggiran desa menjadi arena bagi pertarungan antara kendaraan dan kondisi jalanan yang rusak. Meskipun gerimis menggelayuti udara, aktivitas tetap berlangsung dengan cepat di jalur tersebut.
Dua mobil saling berpapasan dengan hati-hati, menjaga jarak agar tidak terjadi tabrakan di tengah jalan yang sempit. Suara gemuruh roda kendaraan yang melintas dan bunyi gemerincing pecahan aspal yang retak menambah kesan dramatis pada suasana sore tersebut.
Namun, di tengah-tengah kekacauan tersebut, keindahan alam masih bersinar. Pepohonan hijau yang berjejer di tepi jalan memberikan sentuhan segar dan menyejukkan, meskipun dedaunan mereka sudah agak basah oleh hujan ringan. Cahaya yang temaram dari langit yang mendung menciptakan kontras yang menakjubkan dengan warna-warna alam yang tetap terjaga.
Seketika, dalam keadaan yang tak menentu itu, jalan yang sempit dan rusak itu terlihat seperti panggung bagi pertunjukan alam yang memukau. Kontras antara kerusakan fisik dan keindahan alam menciptakan sebuah harmoni yang tak terduga, mengingatkan kita bahwa di tengah-tengah kekacauan, masih ada kecantikan yang patut disyukuri.
Dalam perjalanan menuju panti, memasuki gang dengan jalan bersemen yang sesekali dilalui oleh motor. Membawa rumput untuk pakan sapi. Jalan menurun yang licin akibat kerikil-krikil yang berhamburan. Kedua kaki dipakai untuk menjaga keseimbangan.
***
Pukul 15.00 WITA rombongan anggota Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Buleleng sampai di Panti Asuhan Destawan. Jarak 16 km, ditempuh dengan waktu sekitar 30 menit dari jantung kota Singaraja menuju Desa Sawan, Kecamatan Sawan, Buleleng. Tempat sederhana dengan bangunan yang di cat warna warni dan dihiasi berbagai jenis tanaman bercorak hijau. Memberikan kesan ceria dan nyaman untuk anak-anak yang tinggal di sana.
Relawan Palang Merah Indonesia (PMI) membawa delapan dus ATK dan sejumlah uang. Bhakti Sosial yang meruakan rangkaian Hari Palang Merah Sedunia ini timbul dari kepedulian relawan PMI kepada masyarakat.
Made Pasek Yasa, selaku kepala markas PMI Kabupaten Buleleng berdiri di hadapan anak-anak yang duduk di kursi plastik. Warnanya sudah sedikit pudar, karena telah dimakan waktu. Pasek Yasa menjelaskan bahwa kegiatan bakti sosial ini merupakan serangkaian dari kegiatan Red Cross In Action (RCA) dimana tidak hanya kegiatan ini saja namun juga nantinya di puncak acara di tanggal 12 Mei nanti akan ada perlombaan, jalan santai, donor darah dan kegiatan kemanusiaan lainnya.
Luh Putu Dian Ariantini (17), salah seorang panitia RCA tersebut menyampaikan bahwa tujuan diadakannya bakti sosial bukan semata mata sebagai rangkain acara saja.
“Bukan hanya sebagai salah satu rangkaian RCA, namun bagaimana melalui kegiatan ini dapat menumbuhkan rasa peduli sesama. Karena tidak semua orang beruntung,” ujar siswa SMA Negeri 4 Singaraja itu.
Dian mengatakan bahwa ATK yang dikumpulkan berasal dari kepedulian para panitia dan juga beberapa Sekolah di wilayah kabupaten Buleleng. Dan dari masyarakat.
Relawan PMI yang terdiri dari Satuan Inti Palang Merah Remaja (PMR) yakni perwakilan dari sekolah menengah menengah dan jajarannya, Korps Sukarela disambut oleh anak-anak dari panti asuhan. Mereka mengenakan pakaian sederhana, namun penuh dengan senyuman hangat. Terlihat mereka sibuk membersihkan halaman panti dengan sapu-sapu kecil, serta mengosek-osek jalan di sekitarnya. Meskipun hidup dalam keterbatasan, mereka dengan gigih berusaha menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal mereka.
“Anak-anak disini berjumlah 35 orang, paling kecil umur 5 tahun. Saya ajak tinggal di rumah saya di Pulau Obi, bersama istri saya,” ujar Ketut Suterisna, ketua panti asuhan Rabu, (08/05).
Di sela-sela waktu mereka yang sudah cukup dewasa memanfaatkan sisa tenaganya untuk memanfaatkan hasil kebun dan memelihara Sapi, Babi dan Ayam. Suterisna bersyukur karena berkat semangat anak-anak panti, tidak perlu khawatir untuk makan sehari-hari. Mereka tidak perlu beli. Disana sudah ada.
Dadong Cening Wartini, Tukang Ijeng, Tukang Masak
Dadong Cening Wartini, begitu panggilannya di panti. Nenek paruh baya yang telah mengabdi selama 10 tahun di Panti Asuhan Destawan. Mejadi tukang ijeng, karena rumahnya yang dekat hanya dengan berjalan kaki, ia sering berkunjung dan sering kali menginap. Dadong Cening yang telah linglung sampai lupa dengan umurnya sendiri ini secara sukarela menyiapkan makanan ke anak-anak panti.
Berbekal hasil kebun anak-anak panti Dadong Cening memasak di dapur yang masih sederhana, dengan dinding yang sudah tercat hitam akibat kepulan asap. Alat-alat masak pun sudah tidak apik lagi dan terlihat menghitam karena disulut api diatas tungku yang masih menggunakan kayu itu.
Dadong Cening, bersama anak-anak panti bangun jam 5 pagi. Ada yang sibuk membersihkan kamar dan halaman. Ada yang memberi makan hewan peliharaan disana. Ada hewan yang unik yaitu satu ekor monyet yang diikat di mainan bola dunia yang terbuat dari besi dengan cat warna warni. Biasanya di pakai anak bermain, disana dipakai untuk monyet bermain.
Ada juga musang berbulu oranye. Di kurung dalam sangkar besar terbuat dari besi, dia terlihat agresif saat melihat kedatangan rombongan PMI. Seakan-akan penasaran dan ingin ikut bermain.
Dadong Cening masak nasi sekali di pagi hari, dan masak lauk dua kali di pagi dan sore hari. Ada juga Meme Luh Wastini relawan lainnya yang juga sudah berusia senja yakni 79 tahun. Sebagai Tukang Banten. Di panti selain di kelola oleh Ketut Suterisna dan istrinya, terdapat juga 5 relawan. Orang-orang yang telah mencapai usia senja namun tetap setia sebagai relawan. Mereka adalah pahlawan tanpa jasa, yang terus menoreh kebaikan di tengah arus waktu yang terus berjalan.
Penulis: Swandewi relawan PMI Buleleng dan Mahasiswa STAHN Mpu Kuturan, Singaraja.