BudayaPariwisata

MPWD Unmas Denpasar Sinergikan Pariwisata dan Pertanian di Desa Batukaang-Kintamani

Tiktok Facebook Facebook

Bangli – Desa Batukaang, yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, memiliki iklim sejuk dengan suhu udara berkisar antara 15 hingga 30 derajat Celsius. Topografinya yang berbukit dan pemandangan alamnya yang indah menjadikan desa ini menarik secara visual. Terletak sekitar 60 km dari Denpasar, 35 km dari Kota Bangli, dan 18 km dari ibu kota Kecamatan Kintamani, Desa Batukaang merupakan destinasi wisata budaya yang menyimpan berbagai potensi alam dan sejarah.

Salah satu potensi utama desa ini adalah wisata budaya yang didukung oleh keberadaan situs-situs purbakala. Selain itu, keindahan alam, air terjun, jalur trekking, serta hamparan kebun kopi, jeruk, dan aneka sayuran serta buah-buahan menjadi daya tarik tersendiri. Sayangnya, potensi ini belum dikembangkan dengan optimal, khususnya di sektor pariwisata. Hingga kini, masyarakat Desa Batukaang lebih terfokus pada budidaya kopi, jeruk, dan peternakan sapi. Kopi Kintamani, yang dibudidayakan di desa ini, terkenal dengan cita rasanya yang khas dan digemari oleh para pecinta kopi.

Menanggapi potensi yang besar namun belum tergarap ini, Magister Perencanaan Wilayah dan Perdesaan (MPWD) Universitas Mahasaraswati, Denpasar melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) berupaya memberikan pelatihan dan pendampingan bagi masyarakat Desa Batukaang. Tujuannya adalah mewujudkan Wisata Desa Berbasis Agro Edu Heritage dengan meningkatkan kapasitas kelompok masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya desa. Kegiatan ini melibatkan Pokdarwis, Kelompok Tani, Kelompok Ternak, Ibu-ibu PKK, dan Karang Taruna, serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan desa melalui optimalisasi potensi lokal.

Program ini juga sejalan dengan fokus pemerintah dalam mendukung ekonomi hijau (green economy) dan pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan oleh dosen dan mahasiswa lintas fakultas dari berbagai perguruan tinggi, dipimpin oleh Dr. Eng. I GD Yudha Partama, S.Si, M.Si, dengan anggota tim Prof. Dr. Ir. I Ketut Widnyana, M.Si, Dr. Eng Putu Edi Yastika, S.Si, M.Eng, M.Si, serta Dr. Gusti Ngurah Yoga Semadi, S.Ag, M.Si. Kegiatan ini juga melibatkan empat mahasiswa dari berbagai program studi dalam rangka pelaksanaan program MBKM Proyek Desa.

Baca Juga:  Prodi Sastra Jepang Unmas, Denpasar Pengabdian Masyarakat di Jatiluwih. Begini Materinya

Dalam keterangannya, Dr. I GD Yudha Partama menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pemberdayaan Desa Binaan (PDB) multi-tahun yang dibiayai oleh hibah PkM dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemendikbud Ristek untuk Tahun 2024, yang memasuki tahun kedua pelaksanaannya.

“Program ini merupakan kolaborasi antara Universitas Mahasaraswati Denpasar dengan Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional,” ujarnya.

Pada tahun kedua, kegiatan difokuskan pada pengembangan wisata desa berbasis agro-eduwisata. Beberapa aktivitas utama yang dilakukan antara lain penyusunan paket wisata desa, pembuatan siteplan agrowisata jeruk-kopi, pelatihan hospitality dan pemandu wisata, pelatihan produk olahan jeruk, pelatihan pertanian organik terintegrasi, serta penyediaan teknologi pengering solar untuk biji kopi.

Penyusunan paket wisata dimulai dengan inventarisasi Daya Tarik Wisata (DTW) yang telah disusun pada tahun pertama, berupa Peta Daya Tarik Wisata Desa Batukaang dan Buku Profil Wisata Desa Batukaang. Tim kemudian melaksanakan diskusi kelompok terfokus (FGD) bersama Pokdarwis untuk merancang paket wisata, menetapkan harga, mengembangkan DTW, serta menyiapkan fasilitas pendukung dan strategi pemasaran.

Dalam pelatihan hospitality, yang disampaikan oleh Dr. Dinar Sukma Pramesti, S.T, M.T dari Politeknik Internasional Bali, dibahas elemen-elemen pelayanan prima di desa wisata, seperti sikap, perhatian, tindakan, kemampuan, penampilan, tanggung jawab, dan ketepatan.

Baca Juga:  Aniaya Sopir Taksi di Kuta, WNA Australia Dideportasi

Pelatihan produk olahan jeruk Kintamani, yang ditujukan kepada ibu-ibu PKK, mencakup pembuatan selai jeruk, permen jelly jeruk, dan minuman orange blossom. Diharapkan produk-produk ini dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi ibu-ibu PKK serta mendukung pengembangan UMKM pariwisata.

Untuk meningkatkan produksi kopi luwak, yang menjadi salah satu produk unggulan Desa Batukaang, program ini juga menyediakan teknologi pengering biji kopi berbasis sinar matahari (solar dryer) bagi kelompok pengolah kopi luwak. Teknologi ini dirancang untuk meningkatkan efisiensi pengeringan biji kopi, terutama saat cuaca tidak mendukung.

Di bidang pertanian, pelatihan dan pendampingan terkait pertanian organik terintegrasi dilakukan dengan melibatkan kelompok tani dan kelompok ternak (Simantri). Peserta pelatihan diajari cara membuat Pupuk Organik Cair (POC) “Kuatsan” dan pestisida nabati “Pestdor” berbahan dasar bumbu lokal dan urin sapi. POC berfungsi sebagai pupuk sekaligus penguat tanaman, sementara pestisida organik “Pestdor” berperan dalam melindungi tanaman dari hama dengan cara yang ramah lingkungan.

Prof. Dr. Ir. I Ketut Widnyana, M.Si menjelaskan bahwa POC “Kuatsan” tidak hanya menyuburkan tanaman, tetapi juga memperkuat daya tahan tanaman terhadap penyakit seperti jamur dan bakteri. Sementara itu, pestisida nabati “Pestdor” yang menggunakan fermentasi bahan alami berfungsi untuk mengusir hama secara organik.

Perbekel Desa Batukaang, I Made Paing, menyampaikan apresiasinya terhadap program PkM ini. Menurutnya, Desa Batukaang memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi desa wisata berbasis agro-eduwisata, sejalan dengan visi pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Bangli yang tercantum dalam RPJMD-SB Tahun 2021-2026.

“Visi ini menekankan pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif yang berkualitas, berdaya saing, dan berbasis budaya,” ujarnya. (CB.1)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button