Budaya

Hari Ulang Tahun ke-4, Yayasan Dalem Gedong Ratih Rayakan dengan Sederhana dan Penuh Makna

Tiktok Facebook Facebook

Badung – Hari ulang tahun ke-4 Yayasan Dalem Gedong Ratih yang berlokasi di Banjar Anyar, Desa Mambal, Badung kali ini dirayakan dengan sederhana dan penuh makna. Kegiatan perayaan hanya diisi dengan pengelukatan bungkak 11, sembahyang, pembagian sembako pada serati dan Pemangku serta potong tumpeng.

“Kami sengaja membuat kegiatan yang sederhana tapi memiliki makna kekeluargaan yang mendalam,” kata  Ketua Yayasan Dalem Gedong Ratih I Ketut Dharma Kresna Wijaya pada Selasa, (26/11).

Pembagian Sembako dan uang tunai pada Serati serta Pemangku

Ia menyebutkan, kegiatan sederhana ini bertujuan untuk lebih merekatkan hubungan antara pembina, pengurus serta juru ayah di yayasan tersebut. “Selain itu, saat ini masyarakat tengah fokus pada hajatan pemilihan kepala daerah. Kami juga berharap Pilkada berjalan aman dan lancar,” ujarnya.

Baca Juga:  Taman Festival Bali Gelar Custom War 2023

Guru Ketut juga menyebutkan, ke depan Yayasan Dalem Gedong Ratih tetap berkomitmen ngayah untuk Umat Hindu tidak hanya di Bali tapi seluruh dunia.

“Karena pada ritual Pewacakan sudah banyak dari wisatawan mancanegara. Mereka tertarik untuk mengetahui jalan hidup serta karmanya,” ujarnya.

Yayasan Dalem Gedong Ratih rutin menggelar prosesi Metebas Gering dan Mebayuh Oton. Upacara ritual Metebas Gering dan Mebayuh Oton dipuput oleh Ida Begawan Wiweka Dharma Tarukan dari Griya Tegal Pantunan Monang-Maning, Denpasar serta mangku Tri Khayangan, Banjar Uma Anyar, Desa Mambal.Metebas Gering dan Mebayuh Oton rutin digelar setiap 15 hari sekali pada Kajeng Kliwon.

Sebelum umat melaksanakan ritual Metebas Gering dan Mebayuh Oton akan dilakukan Pewacakan atau ramalan sifat bawaan secara astrologi. “Menurut hari kelahiran yang mencakup wuku dan wewaran,” ujarnya.

Baca Juga:  Komunitas Petak Sikep Akan Gelar Lomba Tari Tingkat Provinsi

Pewacakan penting dilakukan untuk memahami watak dan karakter serta hal-hal yang baik atau tidak dilakukan di masa depan. Setelah mendapatkan hasil Pewacakan ini dicarikan momen untuk menetralisir derita bawaan sejak lahir tersebut dengan upacara Metebas Gering dan Mebayuh Oton.

“Metebas Gering dan Mabayuh Oton untuk pengruwatan dari pengaruh kelahiran dan karma phala yang buruk,” terangnya.

Selain itu, setiap orang yang lahir ke dunia memiliki hutang dan karma yang masih melekat sehingga perlu dilakukan upacara Metebas Gering dan Mebayuh Oton. “Ritual ini juga akan mengurangi pengaruh Sad Ripu atau sifat-sifat keraksasaan yang dibawa sejak lahir,” ujar Guru Ketut. (CB.1)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button