Karangasem – Desa Antiga Kelod, Karangasem, Bali, tengah mengalami transformasi besar dalam sektor agrikultur, berkat program pendampingan dari Tim Pengabdian Universitas Mahasaraswati Denpasar dan Universitas Pendidikan Nasional. Program ini menyasar dua kelompok petani lokal, yaitu Kelompok Petani Garam Sari Dana Segara dan Kelompok Tani Kelapa Taman Mesari Jaya, serta melibatkan STT Tirta Lestari, organisasi pemuda desa setempat.
Pada upaya ini, tim menghadirkan inovasi berbasis teknologi Internet of Things (IoT) guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas produk andalan mereka.
Program ini merupakan bagian dari Pengabdian Masyarakat (PKM) skema Pemberdayaan Desa Binaan (PDB) yang terlaksana melalui Hibah Kemendikbud Ristek tahun 2024. Melibatkan berbagai disiplin ilmu, kegiatan ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat melalui penerapan teknologi modern yang tepat guna, khususnya dalam proses produksi garam dan kelapa, yang menjadi komoditas utama di desa tersebut.
Kegiatan pendampingan ini dipimpin oleh I Dewa Gede Agung Pandawana, S.Kom., M.Si., dari Universitas Mahasaraswati Denpasar di bidang Teknologi Informasi. Didukung oleh tim ahli yang terdiri dari Dr. Eng. I Gde Yudha Partama, S.Si., M.Si. di bidang Perencanaan Wilayah, apt. Maria Malida Vernandes Sasadara, S.Farm., M.P. di bidang Kefarmasian dari Universitas Mahasaraswati Denpasar, serta Putu Putri Prawitasari, S.E., M.Si., Ak., yang berasal dari Universitas Pendidikan Nasional Denpasar, dan mahasiswa yang turut berpartisipasi.
Dalam pendampingan ini, tim menggunakan pendekatan Transfer Knowledge, Technology Transfer (TT), dan Difusi Ipteks. Proses Transfer Knowledge dilakukan melalui penyuluhan dan pelatihan langsung kepada para petani, sementara Technology Transfer (TT) diwujudkan melalui metode participatory mapping, yakni pemetaan partisipatif yang melibatkan masyarakat desa untuk lebih memahami potensi dan tantangan lokal mereka.
Yang paling menarik dari kegiatan ini adalah inovasi Smart Greenhouse Salt Tunnel (SGST) berbasis IoT bertenaga solar panel ramah lingkungan, yang diperkenalkan kepada Kelompok Petani Garam Sari Dana Segara. Alat ini dirancang untuk mengoptimalkan proses pengeringan garam secara otomatis, sehingga petani dapat memantau dan mengatur suhu serta kelembaban dari jarak jauh melalui perangkat ponsel pintar ataupun secara otomatis.
SGST ini berupa ruangan greenhouse untuk penjemuran garam yang dilengkapi sensor suhu, kelembaban dan Cahaya, yang akan menghidupkan kipas pemanas ruangan saat cuaca buruk ataupun mendung. Dengan teknologi ini, ketergantungan petani terhadap cuaca berkurang, dan produksi garam menjadi lebih efisien, lebih bersih karena minim kontaminan dan berkualitas tinggi.
Selain itu, Kelompok Tani Kelapa Taman Mesari Jaya diperkenalkan dengan teknologi mesin sentrifugasi minyak kelapa berbasis IoT. Alat ini membantu mempercepat proses ekstraksi minyak kelapa murni, yang biasanya memakan waktu lama jika dilakukan secara manual. Dengan sentrifugasi IoT, petani dapat memonitor dan mengontrol proses tersebut secara real-time, meningkatkan hasil produksi mereka dalam waktu yang lebih singkat.
Di sektor pariwisata, pembentukan kelembagaan desa wisata dan Pokdarwis akan menjadi langkah awal dalam mengoptimalkan potensi wisata Desa Antiga Kelod. Sosialisasi dan pelatihan terkait pengelolaan pariwisata serta pemetaan potensi wisata berbasis teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) akan dilakukan agar potensi wisata desa dapat terinventarisir dan terpetakan dengan baik.
STT Tirta Lestari, organisasi pemuda di Desa Antiga Kelod, juga dilibatkan dalam program ini. Mereka menerima pelatihan mengenai penggunaan teknologi IoT, serta pentingnya konservasi lingkungan melalui pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan. Dengan demikian, diharapkan generasi muda desa mampu melanjutkan upaya peningkatan produktivitas pertanian sekaligus menjaga kelestarian alam dan lingkungan di masa depan.
Program ini disambut dengan Antusiasme dari masyarakat lokal. Ketua Kelompok Petani Garam Sari Dana Segara I Nengah Sarianta mengungkapkan, bahwa program ini sangat membantu petani dalam meningkatkan hasil produksi garam.
“Bantuan dari tim Universitas Mahasaraswati Denpasar dan Universitas Pendidikan Nasional sangat membantu kami. Teknologi yang diperkenalkan tidak hanya membantu proses produksi, tetapi juga meningkatkan kualitas dan kuantitas garam yang kami hasilkan tanpa terkendala cuaca,” ujarnya.
Selain itu, Ketua Kelompok Tani Kelapa Taman Mesari Jaya Bapak I Gede Sumadi juga menyampaikan rasa terima kasihnya. Ia mengatakan, Mesin sentrifugasi berbasis IoT sangat meningkatkan produktivitas dalam memproduksi minyak kelapa murni.
“Mesin pemeras santan yang diberikan juga sangat membantu kami untuk mempercepat proses dan kuantitas produksi. Kami berharap pendampingan ini terus berlanjut, karena dampaknya sangat besar bagi kami, terutama dalam meningkatkan perekonomian kelompok tani kami,” katanya.
Ketua STT Tirta Lestari I Putu Wirawan juga memberikan testimoni positif. Menurutnya, pelatihan yang diberikan kepada generasi muda desa sangat bermanfaat.
“Kami berterima kasih atas pelatihan teknologi yang diberikan. Ini memberi kami kesempatan untuk lebih memahami teknologi dan bagaimana kami dapat menggunakannya untuk masa depan yang lebih baik,” ungkapnya.
Keberhasilan program ini membuka peluang bagi masyarakat Desa Antiga Kelod untuk lebih mandiri dan inovatif dalam mengelola sumber daya mereka. Melalui kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat lokal, diharapkan bahwa teknologi dapat terus menjadi alat yang memberdayakan masyarakat pedesaan, meningkatkan kesejahteraan mereka, dan menjaga keberlanjutan lingkungan.
Dengan adanya dukungan dari program pendampingan ini, petani garam dan kelapa di Desa Antiga Kelod kini memiliki harapan besar untuk masa depan yang lebih cerah, di mana teknologi dan tradisi dapat berjalan beriringan dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.
Melalui berbagai upaya ini, Desa Antiga Kelod diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui optimalisasi potensi lokal, baik dalam bidang garam, kelapa, maupun pariwisata. Pengembangan ekonomi berbasis kerakyatan ini sekaligus menjadi langkah konkret dalam memperkuat perekonomian desa secara berkelanjutan. (CB.1)