Denpasar- Manajemen PT. Kreasi Bali Prima sebagai perusahaan sektor industri pariwisata dan hiburan yang menaungi Atlas Super Club, Bali, Indonesia, menggelar upacara Guru Piduka di Pura Desa Lan Puseh Desa Adat Berawa Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung.
Upacara Guru Piduka dilaksanakan dengan sarana sesajen lengkap yang disiapkan oleh para pemangku dan penglinsir pura setempat. Upacara ini adalah wujud nyata permohonan maaf secara niskala kepada dewa atau leluhur atas insiden yang telah terjadi agar dapat menjalani hidup dengan lebih baik.
Melalui Siaran Pers 5 Februari 2025 lalu, manajemen Atlas juga menjelaskan bahwa mereka sudah memenuhi dan merespon Surat Teguran dari PHDI Bali dan LBH KMHDI untuk melakukan permohonan maaf secara terbuka, serta menyelenggarakan Upacara Guru Piduka.
Bahkan sejak 3 Februari 2025, sejumlah mediasi dan audiensi juga dilakukan terhadap berbagai instansi terkait di Bali. Mulai dari pemuka agama, aparat keamanan, anggota perwakilan rakyat serta organisasi masyarakat.
Selain itu, Atlas juga sudah melakukan pertemuan dengan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Bali, PHDI Bali, DPRD Bali, DPRD Badung, SatPol PP dan pihak kepolisian.
Kepala Humas Atlas Tommy Dimas mengatakan, Upacara Guru Piduka diniatkan agar dapat berjalan bersamaan dengan Hari Raya Saraswati pada Sabtu, (8/2).
Sebagai wujud toleransi dan penghargaan terhadap kepercayaan masyarakat Hindu Bali. Sejak dibuka tahun 2022, Atlas telah berhasil membawa nama Indonesia hingga ke mancanegara.
Tak dapat dipungkiri, lebih dari 1300 lapangan kerja sudah terserap oleh Atlas. Bahkan lebih dari 700 karyawan Atlas ternyata merupakan umat Hindu Bali yang telah menjadi bagian penting bagi industri pariwisata di Pulau Dewata. Atlas berkontribusi konkret dan berdampak besar bagi ekonomi dan pariwisata Bali.
Salah seorang warga Desa Adat Berawa, Made Sandra, mengatakan bahwa usai Upacara Guru Piduka diharapkan keadaan dapat kembali tenang dan kondusif. “Tujuan utamanya mari kita saling memaafkan,” ujarnya
Perbekel Desa Tibubeneng I Made Kamajaya menambahkan, bahwa ribuan orang menggantungkan hidupnya dari Atlas. Hal ini perlu menjadi pertimbangan mengingat pentingnya keberlangsungan ekonomi masyarakat Bali.
Acara Guru Piduka diikuti lebih dari 500 orang karyawan Atlas untuk permohonan maaf secara Niskala tersebut. Bahkan, pendopo pura sampai tidak bisa menampung rombongan karyawan dan karyawati yang ikut acara Guru Piduka. Sebagian pemedek sampai memadati badan jalan. Aparat kepolisian sibuk mengatur lalulintas agar tidak terjadi kemacetan lalulintas. (An/CB.3)